- Back to Home »
- Santri Al-Hikam Lakukan Diskusi Aspirasi Politik
Posted by : Unknown
Kamis, 08 Mei 2014
Malang- Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang menerima kunjungan
istimewa dari lembaga penelitian Singapura, Institute Of Southeast Asian
Studies (ISAS). Dalam hal ini, Ulla Fionna sebagai peneliti dari lembaga
tersebut melakukan penelitian tentang aspirasi politik muslim pada pemilihan
umum (Pemilu) 2014. Ulla -sapaan akrab Ulla Fionna- didampingi Yuanda Kusuma
yang juga dosen STAIMA Al-Hikam, melakukan diskusi dengan beberapa santri
Pesantren Mahasiswa Al-Hikam di Perpustakaan Pesma Al-Hikam pada Jum’at (09/5).
Pembahasan awal dalam diskusi adalah faktor apa yang menjadikan
partai berbasis Islam memiliki suara yang signifikan dalam pemilihan legislatif
tahun ini. Arsyad Iriansyah, mahasiswa semester 8 Universitas Brawijya, menanggapi
bahwa pengkaderan berjenjang sejak dini merupakan salah faktor yang dapat
menjadikan suara partai berbasis Islam memliki suara yang cukup signifikan. Semisal
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), lanjutnya, dalam pengkaderannya memberikan
doktrin-doktrin yang harus dimiliki anggota sehingga sampat saat pemilihan
umum, anggota itu akan memilih PKS itu.
Ulla juga mempertanyakan sebenarnya seberapa jauh partai berbasis Islam
ini berperan dalam kehidupan masyarakat terutama para pemuda Indonesia. Dalam hal
ini, Khilman Rofi Azmi, memberikan pendapatnya bahwa partai berbasis Islam
masih belum berperan dalam konteks memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat. Hal ini tambah diperburuk dengan adanya kasus money politic
yang dilakukan beberapa partai termasuk partai berbasis Islam. Selain itu, Anis
Jamil Mahdi menambahkan partai Islam masih belum memiliki peran ideal
dikarenakan nilai-nilai Islam yang dimiliki belum diimplementasikan secara
nyata.
Diskusi selanjutnya yakni membahas tentang seberapa penting faktor keIslamaan
seorang calon presiden agar dapat dipilih oleh masyarakat saat ini. Disini, Jalaluddin Dimisyqiyani beragumen bahwa prinsip keadilan,
kesejahteraan dan persamaan derajat adalah sikap yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin. Jalaludin mengutip seperti yang dikatakan oleh Sayyidina Ali
Ibn Abu Thalib, Negara yang menegakan keadilan akan aman, walaupun pemimpinnya
non-muslim. Sedangkan Negara yang tidak menegakan keadilan akan hancur,
walaupun pemimpinnya muslim. Selain itu, Anis Jamil Mahdi juga berpendapat
bahwa dalam ilmu fiqh siyasah (ketatanegaraan syariat) seorang pemimpin
minimal memiliki tiga kompetensi. Pertama, keilmuan. Kedua, akhlaq. Ketiga al-adalah
(keadilan). Mungkin keilmuan seorang pemimpin saat ini masih bisa dipercaya. Namun,
dua poin terakhir yaitu akhlaq dan rasa keadilan belum dimiliki oleh pemimpin
yang saat ini memimpin. Anis menarik kesimpulan bahwa bukan agama Islamnya yang
menjadi faktor penentu ia dipilih, namun prinsip-prinsip keIslamaan yang
dimiliki yang akan menjadi bahan pertimbangan ia akan dipilih.
Pada pembahasan terakhir, Ulla ingin meminta aspirasi dan harapan para
santri Pesantren Mahasiswa Al-hikam untuk pemilihan umum 2014 ini. Khilman Rofi
Azmi berharap pemimpin saat ini harus tuntas doktrin kebangsaan dan
kerakyatannya. Doktrin kebangsaaan yang dimaksud adalah bagaimana pemimpin
memiliki wawasan luas tentang sejarah bangsa Indonesia dan mau dibawa kemana
bangsa ini, sedangkan doktrin kerakyatan yaitu pemimpin dapat mengayomi rakyat Indonesia
akan dibawa kemana rakyat ini. Kedua, menurut Azmi, pemimpin saat ini harus
berani melawan intervensi asing. Dalam arti, tidak selalu tunduk dengan kepentingan
asing sehingga Negara Indonesia benar-benar dimiliki oleh rakyat Indonesia.
Dalam sesi terakhir, Ulla menjelaskan bahwa penelitian ini
bertujuan untuk mewadahi aspirasi muslim Indonesia dari berbagai kalangan baik
itu dari kaum santri, fungsionaris partai berbasis Islam maupun golongan Islam
lainnya. Dari beragam aspirasi ini akan menjadi sebuah cermin muslim Indonesia menghadapi
pesta demokrasi yaitu Pemilu tahun 2014. “Pada akhirnya, penelitian ini akan
dikompilasikan menjadi sebuah buku tentang aspirasi politik muslim di pemilu
2014 dan disebarluaskan tidak hanya di Indonesia maupun Singapura bahkan kepada
seluruh dunia,” ungkap peneliti yang dari tahun 1999 bermukim di Singapura ini.
(zul)
![]() |
OPTIMIS : Santri Pesma Al-Hikam dan Ulla Fionna (peneliti dari Singapura) foto bersama di Perpustakaan Pesma Al-Hikam Malang. |