Archive for Mei 2014
MUBES Pilih Presiden Baru
Malang
- Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’had Aly (STAIMA) Al-Hikam Malang
melaksanakan musyawarah tertinggi yaitu musyawarah besar (MUBES) IX. Acara yang
dilaksanakan di Gedung Induk Lantai 3 Pesma Al-Hikam pada Jumat (16/05) malam,
ini dihadiri oleh Moch. Nurcholiq sebagai perwakilan dari pihak STAIMA
Al-Hikam, Kepala Pesantren Mahasiswa Al-Hikam yakni Hilman Wadjdi, Rodhi
Zamzami sebagai perwakilan asatidz Pesma Al-Hikam dan seluruh mahasiswa STAIMA
Al-Hikam.
Setelah
pembacaan ayat suci al-quran dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, acara
berlanjut dengan sambutan oleh perwakilan dari manajemen STAIMA Al-Hikam, M.
Nurcholiq sebagai Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam STAIMA Al-Hikam. Ia berharap
pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAIMA Al-Hikam terus mempertahankan
dan mengembangkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran,
penelitian dan pengembangan, dan pengabdian kemasyarakatan. “Apalagi kegiatan
yang berfokus keilmiahan, BEM harus terus menjaganya,” ujar dosen STAIMA
Al-Hikam itu.
Selain
itu, Hilman Wadjdi juga memberikan pesan-pesan kepada BEM selanjutnya, sebelum
memimpin doa penutup. Ia berpesan agar mahasiswa STAIMA Al-Hikam dapat menjaga
ciri khas mahasiswa STAIMA Al-Hikam. “Kembangkan terus kajian hadits, kajian
ilmiah, penelitian,” pesan Kepala Pesma Al-Hikam tersebut. Ia juga mengingatkan
agar mahasiswa STAIMA Al-Hikam terus mengoptimalisasi fasilitas kampus, seperti
perpustakaan. “Disinilah peran BEM sebagai pioner untuk mengembangkan minat
membaca mahasiswa Ma’had Aly,” ungkap dosen Bahasa Inggris STAIMA Al-Hikam itu.
Tim Formatur Terpilih
Dalam
MUBES BEM IX ini berlangsung dua malam yaitu pada Jum’at dan Sabtu (16-17/05)
malam. Pada malam pertama, membahas tentang tata tertib persidangan dan laporan
pertanggungjawaban (LPJ) pengurus BEM Visioner. Pada sesi LPJ pengurus BEM,
mahasiswa STAIMA sebagai anggota BEM mengkritisi beberapa progam kerja yang
tidak terealisasi. Semisal, Zainullah mempertanyakan progam Studi Banding yang
tidak terlaksana. Dalam hal ini, Makhrus Sholeh sebagai pengurus departemen
Keorganisasian BEM menanggapi bahwa alasan tidak terealisasinya progam itu
adalah dari objek yang akan dikunjungi tidak bisa menerima kunjungan karena
waktu yang tidak tepat.
Berbeda
dengan Shalihan, mahasiswa semester 8 STAIMA Al-Hikam, ia mengkritisi alasan beberapa
progam kurang berjalan maksimal. Ia menyebut bahwa banyak alasan kurang
kordinasi antar pengurus maupun antar pengurus organisasi lainnya. Shalihan
menanyakan sebenarnya apakah pengurus BEM ini masih solid sampai akhir masa. Disini,
M. Aqib menanggapi bahwa selama ini pengurus BEM baik-baik saja. Hal yang
menjadi kendala dalam kurangnya kordinasi adalah hanya pada kesalahfahaman
dalam memahami progam kerja. Menurutnya, secara umum hal itu pun langsung
diantisipasi. Pada akhirnya, mahasiswa Ma’had Aly- sebutan STAIMA Al-Hikam-
menerima dengan syarat laporan pertanggungjawaban pengurus BEM Visioner periode
2013/2014.
Berlanjut
pada malam kedua, membahas Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) BEM
STAIMA Al-Hikam. Pada sesi ini mahasiswa Ma’had Aly hanya menyepakati hal-hal
yang substansial. Jika ada poin-poin yang kurang relevan dengan kondisi
mahasiswa saat ini, maka poin itu diganti redaksionalnya bahkan juga dibuang. Hal
ini terlihat dari poin susunan kepengurusan BEM STAIMA yang tidak mencamtumkan
secara jelas apa saja departemen yang ada di kepengurusan BEM STAIMA. Dalam hal
ini, salah seorang mahasiswa berinisial S –tidak ingin disebutkan namanya-
mengusulkan agar ada ketetapan departemen yang dibawah kepengurusan BEM. Jika hal
ini disepakati, menurutnya, maka akan ada efisiensi waktu membahas sidang komisi.
Akhirnya, departemen kajian ilmiah, kitab, bahasa, keorganisasian, dan sosial budaya
mendapat ketentuan mutlak di ART BEM STAIMA Al-Hikam.
Sidang
berlanjut pada tahap sidang komisi. Sidang komisi kali ini membahas progam
kerja secara umum dibagi menjadi dua yakni jangka pendek dan jangka panjang. Progam
garis besar ini pada dasarnya sama dengana tahun lalu, namun ada beberapa
penambahan yaitu adanya pembentukan lembaga pers mahasiswa (LPM) BEM. Hal ini
didasari masih rendahnya minat membaca dan menulis mahasiswa STAIMA Al-Hikam. “Dengan
adanya LPM, diharapkan kegiatan ilmiah mahasiswa dapat berkembang dan
terdokumentasi dengan baik,” ujar Aminullah, pemimpin sidang komisi.
Dalam
sesi terakhir, pemilihan presiden BEM pun berlangsung. Pemilihan ini berjalan
dengan lancar dan penuh antusias dari seluruh peserta sidang. Dan pada
akhirnya, terpilih nominasi calon presiden BEM yaitu Nanang Wahyudi, Saddam
Kamil, Hadi M. Hasyim dan Anis Jamil Mahdi. Nanang Wahyudi, calon yang memiliki
suara terbanyak menyatakan kesediannya menjadi presiden BEM. “Jika kalian siap,
maka saya siap memimpin BEM satu periode,” ujar Nanang.
Namun
berbeda dengan Hadi, meskipun ia mendapat suara terbanyak kedua, ia memilih
tidak bersedia karena alasan masih kurangnya pengalaman dalam berorganisasi. Alasannya
pun diterima oleh peserta sidang. Lanjut pada Saddam Kamil, ia menyatakan
kesediannya menjadi wakil presiden dari Nanang Wahyudi. Presidium I Sidang
MUBES, Nadjib Quroisin, membacakan surat keputusan terpilihnya Nanang Wahyudi
dan Saddam Kamil sebagai presiden dan wakil presiden, diakhiri dengan mushafahah
seluruh peserta sidang memberikan selamat kepada tim formatur yang terpilih.(zul)
Santri Al-Hikam Lakukan Diskusi Aspirasi Politik
Malang- Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang menerima kunjungan
istimewa dari lembaga penelitian Singapura, Institute Of Southeast Asian
Studies (ISAS). Dalam hal ini, Ulla Fionna sebagai peneliti dari lembaga
tersebut melakukan penelitian tentang aspirasi politik muslim pada pemilihan
umum (Pemilu) 2014. Ulla -sapaan akrab Ulla Fionna- didampingi Yuanda Kusuma
yang juga dosen STAIMA Al-Hikam, melakukan diskusi dengan beberapa santri
Pesantren Mahasiswa Al-Hikam di Perpustakaan Pesma Al-Hikam pada Jum’at (09/5).
Pembahasan awal dalam diskusi adalah faktor apa yang menjadikan
partai berbasis Islam memiliki suara yang signifikan dalam pemilihan legislatif
tahun ini. Arsyad Iriansyah, mahasiswa semester 8 Universitas Brawijya, menanggapi
bahwa pengkaderan berjenjang sejak dini merupakan salah faktor yang dapat
menjadikan suara partai berbasis Islam memliki suara yang cukup signifikan. Semisal
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), lanjutnya, dalam pengkaderannya memberikan
doktrin-doktrin yang harus dimiliki anggota sehingga sampat saat pemilihan
umum, anggota itu akan memilih PKS itu.
Ulla juga mempertanyakan sebenarnya seberapa jauh partai berbasis Islam
ini berperan dalam kehidupan masyarakat terutama para pemuda Indonesia. Dalam hal
ini, Khilman Rofi Azmi, memberikan pendapatnya bahwa partai berbasis Islam
masih belum berperan dalam konteks memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat. Hal ini tambah diperburuk dengan adanya kasus money politic
yang dilakukan beberapa partai termasuk partai berbasis Islam. Selain itu, Anis
Jamil Mahdi menambahkan partai Islam masih belum memiliki peran ideal
dikarenakan nilai-nilai Islam yang dimiliki belum diimplementasikan secara
nyata.
Diskusi selanjutnya yakni membahas tentang seberapa penting faktor keIslamaan
seorang calon presiden agar dapat dipilih oleh masyarakat saat ini. Disini, Jalaluddin Dimisyqiyani beragumen bahwa prinsip keadilan,
kesejahteraan dan persamaan derajat adalah sikap yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin. Jalaludin mengutip seperti yang dikatakan oleh Sayyidina Ali
Ibn Abu Thalib, Negara yang menegakan keadilan akan aman, walaupun pemimpinnya
non-muslim. Sedangkan Negara yang tidak menegakan keadilan akan hancur,
walaupun pemimpinnya muslim. Selain itu, Anis Jamil Mahdi juga berpendapat
bahwa dalam ilmu fiqh siyasah (ketatanegaraan syariat) seorang pemimpin
minimal memiliki tiga kompetensi. Pertama, keilmuan. Kedua, akhlaq. Ketiga al-adalah
(keadilan). Mungkin keilmuan seorang pemimpin saat ini masih bisa dipercaya. Namun,
dua poin terakhir yaitu akhlaq dan rasa keadilan belum dimiliki oleh pemimpin
yang saat ini memimpin. Anis menarik kesimpulan bahwa bukan agama Islamnya yang
menjadi faktor penentu ia dipilih, namun prinsip-prinsip keIslamaan yang
dimiliki yang akan menjadi bahan pertimbangan ia akan dipilih.
Pada pembahasan terakhir, Ulla ingin meminta aspirasi dan harapan para
santri Pesantren Mahasiswa Al-hikam untuk pemilihan umum 2014 ini. Khilman Rofi
Azmi berharap pemimpin saat ini harus tuntas doktrin kebangsaan dan
kerakyatannya. Doktrin kebangsaaan yang dimaksud adalah bagaimana pemimpin
memiliki wawasan luas tentang sejarah bangsa Indonesia dan mau dibawa kemana
bangsa ini, sedangkan doktrin kerakyatan yaitu pemimpin dapat mengayomi rakyat Indonesia
akan dibawa kemana rakyat ini. Kedua, menurut Azmi, pemimpin saat ini harus
berani melawan intervensi asing. Dalam arti, tidak selalu tunduk dengan kepentingan
asing sehingga Negara Indonesia benar-benar dimiliki oleh rakyat Indonesia.
Dalam sesi terakhir, Ulla menjelaskan bahwa penelitian ini
bertujuan untuk mewadahi aspirasi muslim Indonesia dari berbagai kalangan baik
itu dari kaum santri, fungsionaris partai berbasis Islam maupun golongan Islam
lainnya. Dari beragam aspirasi ini akan menjadi sebuah cermin muslim Indonesia menghadapi
pesta demokrasi yaitu Pemilu tahun 2014. “Pada akhirnya, penelitian ini akan
dikompilasikan menjadi sebuah buku tentang aspirasi politik muslim di pemilu
2014 dan disebarluaskan tidak hanya di Indonesia maupun Singapura bahkan kepada
seluruh dunia,” ungkap peneliti yang dari tahun 1999 bermukim di Singapura ini.
(zul)
![]() |
OPTIMIS : Santri Pesma Al-Hikam dan Ulla Fionna (peneliti dari Singapura) foto bersama di Perpustakaan Pesma Al-Hikam Malang. |
Jelang Lomba, Poskestren Al-Hikam Latih Kader
Malang- Dalam rangka mempersiapkan lomba Pos Kesehatan Pesantren (POSKESTREN) se-Kota Malang. Puskesmas Kendalsari Lowokwaru memberikan penyuluhan mengenai kesehatan kepada para santri Pesantren Mahasiswa Al-Hikam pada Sabtu (3/5) pagi di Aula ALQEC Pesma Al-Hikam. Faizul Muttaqin mengatakan kegiatan penyuluhan ini dilakukan dalam rangka persiapan menyambut tim penilai yang akan datang ke Pesantren Al-Hikam khususnya menilai Poskestren Pesma Al-Hikam. “Santri Al-Hikam dan Puskesmas Kendalsari saling bersinergi untuk menyukseskan Lomba Poskestren ini, karena dari Kecamatan Lowokwaru hanya Pesma Al-Hikam yang diikutkan,” ucap anggota Poskestren Pesma Al-Hikam tersebut.
Kegiatan
penyuluhan diawali dengan pemberian materi tentang hal-hal yang akan dinilai
dalam lomba Poskestren. Tim Penyuluh menjelaskan penilaian lomba ini akan
dilihat dari beberapa aspek, diantaranya, kelengkapan obat-obatan Poskestren,
kebersihan lingkungan Pesantren dan kesehatan para santri. “Dengan lomba ini,
diharapkan kita lebih bersemangat menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan
para santri,” ujar tim Penyuluh.
Masuk
pada agenda selanjutnya yaitu penyuluhan mengenai hal-hal dasar yang harus
dilakukan saat keadaan darurat. Semisal, apabila seorang teman sedang tersedak.
Kita harus melakukan apa. Lebih ekstrim lagi, semisal ada orang yang mengalami
cedera dan patah tulang, pertolongan pertama apa yang harus dilakukan. Suasana
penyuluhan yang dipimpin oleh tim penyuluh itu terlihat sangat santai dan para
santri sangat antusias dalam menyimaknya.
Pada
akhir agenda, tim penyuluh meninjau lingkungan Pesantren Mahasiswa Al-Hikam.
Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan tim juri yang akan datang pada
minggu-minggu ini. “Peninjauan lingkungan ini bermanfaat untuk mempersiapkan
hal-hal yang akan menjadi objek penilaian lomba,” ucap tim penyuluh pada akhir
acara.(zul)
Pengajian Ahad : Jabatan Perspektif Kitab Al-Hikam
Malang- Di Indonesia, sedang musimnya orang mencari
jabatan. Baru-baru ini telah berlangsung pemilihan calon legislatif, sebentar
lagi akan ada pemilihan presiden. Terkait dengan jabatan, kitab Al-Hikam Ibnu
Athaillah memiliki tiga pandangan. Pertama, dilihat dari segi hakikat. Kedua,
segi syariat dan ketiga segi politik. “Hal ini menjadi persoalan yang penting
agar kita memahami batasan syariat yang sesungguhnya, mengenai bagaimana
mencari, mengemban, dan menggunakan jabatan,” kata KH. A. Hasyim Muzadi dalam
Pengajian Kitab Al-Hikam pada Ahad (05/05) pagi di Masjid Al-Ghazali Pesantren
Mahasiswa Al-Hikam Malang.
Kiai Hasyim menerangkan, dalam Kitab Al-Hikam disebutkan,
apabila kamu tidak ingin tergeser maka jangan memangku jabatan yang tidak
mungkin abadi. Makna secara sederhana bahwa tidak ada jabatan yang abadi di
dunia ini. Lalu harus bagaimana ? Menurut Kiai Hasyim, jika kamu berani
memangku jabatan maka kamu harus berani berhenti dari jabatan itu. Jika takut
berhenti dari jabatan, maka tidak perlu menjabat. Hakikatnya, jabatan itu tidak
ada yang abadi. Berbeda dengan derajat. Derajat itu pemberian Allah berdasarkan
amal seorang hamba. Derajat mulia tumbuh dari amaliah shaleh yang diberikan
allah kemudian menjadi maqaman mahmuda atau makam yang terhormat.
Secara syariat, kata Kiai Hasyim, jika jabatan itu
digunakan untuk kepentingan syariat maka kemanfaatannya akan luar biasa. Tetapi
penyakitnya adalah apakah dia untuk rakyatnya atau rakyatnya saja yang disuruh
memilih. Dalam keterangan Kiai Hasyim, untuk menyempurnakan jabatan secara
syariat agar bisa bermanfaat, maka orang itu harus memenuhi beberapa syarat; 1)
Shidiq. Yaitu jujur dalam hal apapun. Semisal jujur dalam memilih uang
Negara atau uang pribadi. 2) Amanah.
Yaitu seseorang yangdiangkat menjadi presiden, menteri atau DPR itu diminta apa
oleh masyarakat dan dia harus memenuhinya. Kalau dia melakukan dengan semestinya,
maka ia memenuhi amanahnya; 3) Tabligh, yaitu menyampaikan gagasan
semisal jika ia memimpin, rakyat akan dibawa kemana; 4) Fathonah, dalam
arti ia mengerti tugas yang ia emban.
Apabila jabatan dilihat dari politik maka politik
itu adalah pekerjaan mulia jika dilakukan oleh orang yang mulia. Abah Hasyim bercerita
flashback mengenai keadaan politik pada tahun 1977. Saat itu tokoh
politik sangat terhormat. Semisal, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akan
mengadakan kampanye, maka seluruh rumah ingin menjadi tempat kampanye karena
masyarakat merasa bangga dengan perjuangan PPP. “Politisi saat itu dianggap
sebagai penyelamat agama dan Negara. Berbeda dengan sekarang yang total
berubah,” ucap Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang dan Depok ini. Lanjutnya,
politisi saat ini tidak akan didengarkan bicaranya jika masyarakat tidak diberi
bayaran dulu. Berbeda dengan acara pengajian atau istigotsahan, masyarakat tak
perlu dibayar, sudah banyak yang datang. Hal ini memberikan makna, bahwa Allah
masih membedakan perkara haq dan bathil. “Mudah-mudahan, kita senantiasa dalam
posisi yang benar (haq) dan diberikan keselamatan oleh Allah Swt,” pesan mantan
ketum PBNU ini di akhir pengajian. (zul)
Tulisan ini juga dimuat di website NU Pusat. (www.nu.or.id)
Suasana Pengajian Ahad Setiap Awal Bulan pada Ahad (05/05) di Masjid Al-Ghazali :
![]() |
ANTUSIAS : Para Santri Al-Hikam menyimak tausiah Abah Hasyim Muzadi |
![]() |
SERIUS : Para Jamaah Alumni Haji Al-Hikam sedang mendengarkan pengajian Abah Hasyim Muzadi |
Posted by Unknown
Urgensitas Amaliyah Rajab di Tengah Kehidupan Mekanis
Malang- Pada pengajian kepengasuhan Pesantren Mahasiswa Al-Hikam yaitu ngaji kitab Mursyid Al-Amin, Ust. Muhammad Nafi, sebagai pengampu kitab ini, menjelaskan ulang tentang dampak manusia mencintai sanjungan dan posisi yang kurang layak (hub al-madhi & hub al-jahi) pada Sabtu (03/05) Pagi di Masjid Al-Ghazali. Hal ini menjadi hal yang harus diperhatikan oleh seluruh santri
OSPAM Baru Lakukan Sarasehan Bersama
![]() |
SANTAI : Suasana sarasehan bersama antar pengurus OSPAM. |
Malang-
Setelah dua pekan dipilih menjadi tim formatur, M. Rizqi Asyhari, Aries Jodi S dan Mujib, membentuk kepengurusan Organisasi Santri Pesantren Mahasiswa
Al-Hikam (OSPAM) yang baru. Menurut informasi yang didapat dari Mujib
sebagai ketua II OSPAM, kepengurusan yang baru sudah lengkap dan pelantikan
OSPAM akan dilaksanakan pada Sabtu (03/05) malam bertepatan dengan kegiatan
Tanbih Al-Am. “Pelantikan OSPAM memang sengaja dilaksanakan pada Tanbih Al-Am
karena terkait dengan kehadiran bapak pengasuh di Al-Hikam Malang,” ungkap
mahasiswa STAIMA Al-Hikam ini.
Namun,
sebelum dilantik oleh bapak pengasuh Abah A. Hasyim Muzadi. Pengurus Ospam yang
baru melakukan kegiatan ‘Sarasehan Bersama’ dengan pengurus OSPAM yang
telah didimisioner, yaitu OSPAM ‘Bersama’. Kegiatan ini bertujuan untuk saling
berbagi informasi mengenai perencanaan progam kerja yang akan dilakukan oleh
pengurus baru OSPAM, sedangkan OSPAM sebelumnya memberikan saran-saran mengenai
perencanaan proker yang akan dilaksanakan.
Semisal,
dalam progam ziarah wali songo yang dibawahi oleh Departemen Hubungan Sosial
(Husos). Tutut Asyahidu (CO Husos) meminta masukan agar kegiatan ini lebih
maksimal daripada tahun sebelumnya. Disini, Irham Rahman sebagai pengurus Husos
sebelumnya memberikan saran mengenai ziarah wali songo dapat dikonsultasikan dengan pihak pesantren.
Menurut Irham, melihat kuantitas peserta yang berpartisipasi sedikit
mengkhawatirkan, maka bagaimana jika ada kewajiban bagi santri kelas I untuk
mengikuti kegiatan ini.
Selanjutnya,
departemen kajian keilmuan yaitu Angga Saka Nur Kusuma memberikan keterangan mengenai
proker yang akan dijalankannya. Dimulai dari Muhadloroh, Seminar Nasional, Pena
Al-Hikam dan Guest Lecture. Ada beberapa yang dikritisi oleh Ketua I OSPAM
‘Bersama’ yaitu Robi Ardianto secara umum mengenai partisipasi santri. Robi
meminta kepada kajian keilmuan yang baru ini dapat mulai memikirkan bagaimana
cara meningkatkan persentase keaktifan santri dalam mengikuti kegiatan rutinan,
seperti Muhadloroh. “Hal ini bisa disampaikan kepada pihak pesantren, bagaimana
mereka juga dapat mendukung kegiatan OSPAM,” pesan Mahasiswa Universitas Negeri
Malang itu.
Disimak
oleh Pena Al-Hikam, terdapat beberapa rencana progam yang baru. Semisal
di Departemen Kerumahtanggaan, ada progam Go Green. Progam ini bertujuan
menghijaukan pesantren. “Di setiap blok, akan kami beri beberapa tanaman yang
dirawat oleh santri sendiri,” ucap Ainul Yaqin. Selain itu ada progam kolam
ikan. Rencananya, di depan blok B, akan dibuat kolam dan nantinya para santri
sendiri yang mengelola. “Dengan progam ini, bisa membantu santri dalam membuat
kolam dan mengembangkannya di rumah masing-masing,” ucap kordinator Departemen
Kerumahtanggan itu.
Secara
umum, suasana kekeluargaan antar pengurus OSPAM baru dengan OSPAM sebelumnya
sangat tampak. “Dengan adanya perkumpulan ini, menjadi awal yang baik, progam
OSPAM yang baru harus mendapat dukungan dari OSPAM sebelumnya agar menjadi
maksimal,” ucap Aries Jodi sebagai ketua II OSPAM.(zul)
![]() |
BERSINERGI : Pengurus OSPAM Baru dan OSPAM sebelumnya foto bersama setelah sharing progam kerja. |
Posted by Unknown
Al-Hikam Laksanakan Seleksi Dai 'AKSI'
Malang- Pesantren Mahasiswa Al-Hikam menjadi tempat seleksi da’i
dan da’iyah pertama di wilayah Jawa Timur dalam progam AKSI (Akademi Sahur
Indonesia) yang diselenggarakan oleh salah satu televisi swasta di Indonesia.
Dalam penuturan crew tv itu, seleksi dai sudah mulai dilaksanakan di beberapa
daerah. “Melihat respon masyarakat tahun lalu terhadap progam ini sangat
tinggi, maka kam memperluas wilayah seleksi dai dan daiyah ini,” ucap Didik
salah satu crew tv swasta itu dalam pembukaan seleksi dai di Auditorum Pesma
Al-Hikam, Rabu (23/04) siang.
Peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah delegasi beberapa
pesantren di Malang Raya. “Kami di al-hikam menjadi fasilitator antara media
televisi dengan para santri yang memiliki potensi dalam berdakwah.” Ucap
sulaiman, kordinator pelaksana kegiata AKSI di Pesma Al-Hikam. Kegiatan ini diikuti oleh 15 pesantren yang
ditunjuk khusus untuk mengikuti kegiatan ini. Menurut sulaiman, setiap peserta
memiliki potensi tersendiri, ada yang memiliki keindahan suara, lucu, dan juga
ada yang terlalu serius.
Seleksi ini adalah rangkaian awal dari progam AKSI yang akan
disiarkan langsung di Indosiar pada setiap waktu sahur bulan ramadhan. “Di tempat
seleksi, peserta akan disyuting dan di jakarta akan ditentukan siapa yang lolos
menuju Jakarta,” kata didik.
Berikut beberapa foto Audisi AKSI di Pesma Al-Hikam :
![]() |
Santri dari Pesantren Ilmu Al-Quran (PIQ) Singosari sedang menampilkan dakwahnya. |
![]() |
Sebagian Santri Putri dari beberapa pesantren di Malang sedang promosi AKSI. |
![]() |
Santri di PIQ Singosari sedang berdakwah dalam AKSI. |
Posted by Sabiq A.Z.
Khutbah Jum’at : Menuju Shaleh Personal Dan Sosial
Malang-
Pada khutbah Jum’at di Masjid Al-Ghazali kali ini dipimpin oleh khatib dari
salah satu ustadz Pesantren Mahasiswa Al-Hikam yaitu Ust. Munjin Nasih, M.Ag.
Seperti biasa, pada awal khutbahnya ia mengajak para jamaah jumat untuk
meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah Swt. Dalam khutbahnya, ia juga
menerangkan tentang fadhilah-fadhilah bulan Rajab.
Persis
pada hari Jumat ini bertepatan dengan tanggal 02 Rajab Hijriah. Pada bulan ini,
sebagian saudara muslim kita melaksanakan puasa awal bulan Rajab dan sebagian
muslim lain ada yang kurang sepakat dengan kegiatan puasa pada awal bulan
rajab. Mereka yang tidak menyepakati karena berargumentasi bahwa hadits yang
melandasinya adalah hadits dhaif sehingga tidak bisa melandasi amalan itu.
Namun sebenarnya, salah satu ulama, seperti Imam Nawawi Al-Bantani, mengatakan
bahwa amalan-amalan yang dilandasi oleh hadits dhaif tetap bisa dilaksanakan
karena itu hanya memperkuat amalannya dengan merujuk pada fadhilah-fadhilah
amalan itu seperti puasa bulan rajab. Terjadi perbedaan pendapat mengenai
argumen ini, namun yang terpenting adalah bukan mempersoalkan apakah puasa itu
boleh atau tidak. Hal yang menjadi persoalan adalah bagaimana antar sesama
muslim dapat menghargai perilaku muslim lainnya. Bagi mereka yang berpuasa
tidak merasa baik karena ia berpuasa sehingga ia menghina yang tidak berpuasa.
Sebaliknya, mereka yang tidak berpuasa karena alasan hadits dhaif tidak mencaci
yang berpuasa.
Bulan
rajab juga identik dengan momentum Isra’ dan Mi’raj. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj
merupakan peristiwa yang menakjubkan sekaligus menjadi awal diperintahkannya
shalat lima waktu bagi seluruh kaum muslim. Terjadi suatu perbedaan pendapat
mengenai apakah Isra’ dan Mi’raj itu penyempurnaan shalat dari shalat-shalat
sebelumnya karena sebelum peristiwa Isra’ dan Mi’raj terdapat shalat-shalat
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad bahkan oleh nabi sebelumnya seperti Nabi Daud
dan Isa. Namun itu bukan menjadi permasalahan yang akan dijelaskan panjang
disini.
Hal
yang menjadi substansi dari momentum diperintahkannya shalat pada Bulan Rajab ini
adalah seberapa jauh kita merenungkan shalat yang kita laksanakan. Berapa
rakaat yang kita lakukan sampai saat ini ? Lebih dalam lagi, seberapa berkualitas
shalat yang kita dirikan. Itulah hal yang layak kita renungkan bersama. Dalam Al-Quran
surat Al-Ankabut ayat 45 :
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ
الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (45)
Disebutkan
di atas, bahwa shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Namun pada
faktanya, banyak muncul perbuatan keji dan munkar di sekeliling kita. Bahkan,
mungkin sekali perbuatan itu kita lakukan bersamaan kita melakukan rutinitas
keagamaan seperti shalat.
Padahal,
dalam Ayat Al-Quran yang lain disebutkan dalam surat Al-Maun yang menerangkan
bahwa apakah kamu tidak mengetahui tentang orang yang mendustakan agama ?
merekalah yang menghardik anak yatim, merekalah yang tidak berempati terhadap
orang miskin. Lalu disebutkan celakalah bagi orang yang shalat. Mereka lalai
dalam shalatnya.
Dalam
ayat itu sangat jelas, menerangkan bahwa keseimbangan antara shaleh personal
(shalat) dengan shaleh sosial (peduli dan empati terhadap yatim dan fakir
miskin) menjadi hal yang tidak boleh dipisahkan. Terkadang, kita menganggap
bahwa shalat itu satu sisi dan peduli dengan sesama adalah sisi lain. Itu
adalah keliru ! Karena dalam surat Al-Ma’un dijelaskan bahwa pendusta agama
adalah mereka yang tidak memiliki rasa empati dan kepedulian terhadap anak
yatim dan fakir miskin. Dan benar-benar celaka bagi mereka yang shalat namun ia
lalai dalam shalatnya. Jangan sampai shalat yang kita lakukan menjadi sebuah
ritual tanpa makna, menjadi rutinitas keseharian yang tidak berdampak.
Dengan
khutbah yang singkat ini, kita berharap agar allah senantiasa memberikan kita
kekuatan untuk berusaha selalu memperbaiki kualitas shalat kita dan juga
berusaha memiliki empati dan kepedulian terhadap sesama manusia terutama kepada
anak yatim dan fakir miskin sehingga shaleh yang kita miliki tidak hanya
bersifat individual atau personal namun shaleh kita juga bersifat sosial.(zul)
Disampaikan oleh Ust. Munjin Nasih di Masjid Al-Ghazali Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang pada Jum'at 02 Mei 2014.
Posted by Sabiq A.Z.
Tausiah Abah : Strategi Membangun Keluarga Sakinah (1)
Di
Tengah Terpaan Badai Kehidupan
Selain dari faktor ekonomi dan sulitnya
mencari biaya hidup, kesulitan di dalam keluarga juga berasal dari pengaruh
eksternal. Pengaruh itu tidak hanya menganggu, bahkan sudah merusak dan
menghancurkan. Salah satu tugas pokok orang tua adalah menyelamatkan diri dan
keluarganya dari api neraka. Seperti dalam surat at-tahrim ayat 6. Bagaimana
cara melaksanakan tugas tersebut ? pertama, cara menyelamatkan keluarga dari
dalam. Seperti yang dikatakan Imam Ghazali dalam atsarnya : Perbaikilah
dirimu, niscaya orang lain akan memperbaiki dirinya (perilakunya) kepadamu. Atsar
ini memberikan nasihat, apabila kita ingin memperbaiki keluarga kita maka
sebagai orang tua ia harus memperbaiki dirinya terlebih dahulu. Ayah maupun ibu
harus memperbaiki diri bersama-sama.
Seorang ayah biasanya mempunyai
kelebihan dalam mengayomi dan mengatur anak, sedangkan ibu mempunyai kelebihan
dalam mengembangkan nurani anak. Oleh karena itu, yang harus diperbaiki oleh
seorang ayah adalah tauhidnya kepada Allah SWT. Selalu melakukan taqarrub
kepada Allah melalui ibadah, dzikir, amal ma'ruf nahy mungkar
(memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran), mencari makanan yang halal
dan melakukan tindakan yang halal. Dengan demikian, seorang ayah akan menjadi
berwibawa di hadapan istri dan anaknya. Jika hal itu dilakukan maka karunia
Allah akan diberikan kepada keluarga itu.
Bersamaan
dengan itu, seorang ibu hendaknya mengasah nurani dan hatinya melalui shalat
dhuha dan shalat malam. Ingat ! tidak anak anak shaleh terlahir dari ibu yang
tidak shalat. Ibaratnya, daun akan hijau kalau akarnya baik. Anak-anak kita
ibarat daun-daun pohon, sedangkan ibu adalah akar dari pohon itu. Ketika akar
sudah rusak, maka daun akan mulai menguning, layu dan jatuh.
Setelah
shalat, ibu harus mendoakan anaknya satu persatu. Dari sinilah, akan tumbuh ruh
junudun mujannadat, yakni ruh ibu yang dulu pernah menjadi satu dengan
anak, akan tersambung kembali. Sehingga jika seorang anak pergi jauh, dia akan
selalu ingat serta mendoakan ayah dan ibunya. Jika sudah berhasil mengamalkan
ini, maka tanpa marah pun, anak-anak akan segan kepada orang tuanya.
Segan ini akan disertai dengan kecintaan dan kerinduan, ketika amal-amal
bathin itu diterima oleh Allah SWT. Kemudian perlahan-lahan anak-anak didorong
untuk melakukan hal sama seperti di atas.
Adapun
salah satu obat yang paling mujarab untuk menyatukan keluarga menjadi sakinah
adalah mengadakan shalat berjama'ah di dalam keluarga atau mengajak keluarga
berjamaah di masjid. Shalat berjama'ah dalam keluarga sungguh luar biasa
pengaruhnya.(zul) Bersambung ke edisi selanjutnya.
Intisari
dari Tausiah Abah Hasyim Muzadi pada Bulan Mei tahun 2007.
LDJ Edisi 4 : Manusia yang Terpedaya
Pada buletin edisi sebelumnya, dijelaskan
mengenai beberapa individu ataupun kelompok yang dijamin memperoleh cinta Allah
karena memiliki beberapa sifat dan karakter yang yang dituliskan dalam Al-Quran.
Sekarang, kami akan membahas kelompok yang terpedaya. Mereka merasa sudah
melakukan kebajikan, amal shaleh, namun apalah daya, mereka tidak mendapatkan seperti
apa yang diharapkan, karena masih melakukan hal-hal yang tidak disukai Allah.
Siapa sajakah mereka?
Kelompok
pertama, orang-orang yang salah dalam menguasai ilmu syariat atau agama dan ilmu logika.
Mereka berusaha mendalami dan sibuk mempelajari ilmu-ilmu itu, namun mereka
tidak mempedulikan anggota tubuhnya, tidak memeliharanya dari perbuatan maksiat
dan tidak mengarahkannya untuk ketaatan. Mereka sungguh terpedaya oleh ilmu
yang dimiliki itu. Mereka meyakini bahwa dirinya memiliki derajat di sisi Allah
dan telah mencapai puncak ilmu, sehingga ia mengira bahwa Allah tidak akan
menjatuhkan siksa maupun ujian kepadanya. Naudzubillah…
Mereka melupakan firman Allah SWT: “qad aflaha
man zakkahaa wa qad khaba man dassahaa.” Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya,” (QS. Al-Syams: 9-10).
Ditambah mereka melupakan sabda Nabi: “Barangsiapa
yang bertambah ilmunya, namun tidak bertambah petunjuknya, maka ia tidak akan
bertambah apa-apa kecuali semakin jauh dari Allah.”
Seperti diterangkan dalam kitab Kifayat Al-Atqiya, bahwa kelompok ini
termasuk kelompok yang berilmu dan tidak memiliki orientasi untuk mengamalkan
ilmunya karena kebermanfaatan sesama. Orang yang tidak mau menggunakan ilmunya untuk kepentingan dan maslahat umat ini, maka ia termasuk ulama dunia yang buruk atau ulama suu’. Sedangkan ulama suu’ adalah ulama
yang dilaknat oleh Allah SWT.
Begitu juga orang yang beramal tanpa
memiliki landasan keilmuan yang jelas dan benar, termasuk golongan yang terpedaya. Mereka
menyia-nyiakan waktunya untuk melakukan amal shaleh. Namun sayangnya, ia juga tidak
mengerti dari mana dan seharusnya bagaimana amal itu dilakukan sesuai syariat.
Seperti syair Ibnu Ruslan: “wa kullu man bighairi
ilmin ya’malu, a’maluhu mardudatun la
tuqbalu,” Artinya: Setiap orang yang
beramal tanpa berilmu maka amalnya tidak akan diterima. Naudzubillah…
Golongan kedua, yaitu mereka yang
melalaikan perkara-perkara wajib dan sibuk mengurusi perkara sunah. Semisal orang yang was-was dalam berwudlu. Mereka
berlebihan dalam menggunakan air, dan tidak puas jika hanya menggunakan air
suci sebagaimana aturan syariat. Mereka meragukan air itu, apakah benar-benar
suci atau mereka ragu apakah anggota yang dibasuhnya sudah terkena air secara
benar. Sungguh, jika hal ini terus dilanjutkan, maka ia telah tergoda dengan
bisikan setan, sehingga melalaikan waktu shalat berjamaah. Mereka terpaku dengan keraguan wudlunya.
Diantara mereka ada kelompok yang
terpedaya oleh bacaan al-Quran, hingga mereka mendapat hal yang sia-sia dengan
bacaannya. Bisa saja mereka
menghatamkan al-Quran sekali dalam sehari semalam. Lidah mereka dibasahi dengan
bacaan al-Quran, sedangka mereka masih bimbang di
lembah harapan dan selalu berfikir tentang dunia. Hati mereka tidak pernah
merenungkan makna al-Quran; agar mereka bisa mencegah apa yang dilarang al-Quran,
mengambil nasihatnya, melaksanakan perintahnya, mengambil nilai ajaran di
dalamnya dan merasakan keindahan al-Quran dari segi maknanya. Naudzubillah…
Kelompok ketiga ialah orang kaya yang terpedaya.
Mereka terlalu antusias membangun masjid, sekolah, panti asuhan, jembatan
besar, rumah sakit, dan sebagainya. Mereka mengukir nama mereka pada batu bata
agar dikenang selamanya meskipun telah menginggal dunia. Mereka mengira bahwa
dengan begitu mereka berhak mendapat ampunan Allah. Padahal mereka terpedaya karena mereka
memperoleh harta dengan cara dhalim, syubhat, suap dan hal yang dilarang. Mereka menentang murka Allah dalam memperoleh harta.
Hal ini sering kita jumpai dalam
fenomena kehidupan pejabat lalim di Indonesia. Bagaimana, aib mereka diperlihatkan oleh Allah SWT. Tertangkap basah oleh KPK, aset kekayaannya
disita,
pastilah saudara dan keluarganya merasa malu. Mereka tertipu dengan harta, tahta dan
wanita. Ketika mereka berbuat maksiat kepada Allah dalam memperoleh dan
menyalurkan harta, maka mereka wajib bertaubat kepada-Nya dan mengembalikan
harta itu kepada pemiliknya.
Mungkin di antara mereka ada orang yang
memperoleh harta dengan cara yang halal, dan menafkahkannya. Namun, mereka juga
terpedaya dengan riya’ ataupun sum’ah. Maka dari itu, rasakanlah dengan
hati, cara memperoleh dan menggunakan harta yang dimiliki itu hendaklah mengedepankan
kehati-hatian dalam menggunakannya.
Dari keterangan di atas, dapat kami
simpulkan bahwa kehidupan di dunia penuh dengan ujian, cobaan dan godaan. Marilah kita senantiasa berusaha
melewati ujian dan godaan yang diberikan-Nya. Jangan sampai terpedaya dengan
ilmu namun tidak mengamalkannya, beramal namun tidak berilmu, meninggalkan hal
yang wajib karena sibuk dengan hal-hal sunah, dan menyalahgunakan nikmat yang
Allah. Harapannya, kita dapat mengambil ibrah atau hikmah dari tulisan ini, agar selalu mendapat rahmat
serta ridha-Nya; agar terhindar dari hal-hal yang memperdaya diri kita. Wallahu A’lam bi al-shawab.(zul)
Sumber: kitab al-Kasyf wat Tabyin fi ghururil Khalqi Ajma’in karya Imam al-Ghazali
Posted by Sabiq A.Z.
LDJ Edisi 3 : Apakah Kita Dicintai Allah?
Pelajaran
berharga didalam al-Quran itu banyak
sekali. Misalnya, ada ayat-ayat yang memberi gambaran umum tentang apa
yang disukai Allah. Allah juga dengan tegas menyebut cintanya terhadap orang-orang yang menyandang sifat
tertentu. Dalam al-Quran ditemukan 17 kali disebutkan inna allah yuhibbu atau
allahu yuhibbu yang artinya: sesungguhnya Allah mencintai. Orang-orang yang dicintai
Allah itu memiliki sifat
sebagai berikut:
A. Al-Muhsinin
Kata Al-Muhsinin
adalah jamak dari muhsin dari
kata ahsana-ihsana. Rasullullah menjelaskan
ihsan dalam haditsnya: “engkau menyembah Allah, seakan-akan
melihat-Nya dan bila itu tidak tercapai maka yakinlah bahwa Dia melihatmu.”
(HR. Muslim).
Menurut Quraish Shihab, ihsan bermakna perintah melakukan segala aktivitas positif,
seakan-akan kita melihat Allah atau
paling tidak selalu merasa dilihat dan diawasi oleh-Nya. Ihsan lebih tinggi dan lebih dalam kandungannya daripada adil karena
berlaku adil adalah mengambil semua hak kita atau sekaligus memberi semua hak kepada
orang lain. Sedang ihsan adalah
memberi lebih banyak daripada yang harus kita beri; dan mengambali lebih sedikit
daripada yang seharusnya kita ambil.
B. Al-Muttaqin
Kata Al-Muttaqin
adalah bentuk jamak dari kata muttaqi dari
kata taqwa yang berarti menghindar.
Maka takwa adalah upaya menghindari siksa dan larangan Allah. Seorang yang
bertakwa adalah siapa yang berusaha menghindari siksa dan larangan Allah,
dengan jalan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi laranganNya. Takwa
mengundang seseorang untuk selalu
berhati-hati, tak ubahnya kehati-hatian seseorang yang berjalan dengan kaki telanjang di jalan yang penuh duri.
Kalau kita hendak membicarakan prioritas dalam konteks
ketakwaan ini, maka kita mungkin mengatakan bahwa prioritas ketakwaan bagi
penguasa adalah berlaku adil; bagi pengusaha adalah jujur; bagi dosen atau guru
adalah ketulusan mengajar dan meneliti; bagi si kaya adalah ketulusan
bersedekah dan membantu; bagi si miskin adalah kesungguhan bekerja dan
menghindari minta-minta. Mereka yang bertakwa itulah yang memperoleh janji-Nya.
C. Al-Muqshitin
Kata al-Muqshitin
adalah bentuk jamak dari kata muqshit, dari kata aqsatha
yang biasa dipersamakan maknanya dengan
berlaku adil. Salah satu yang menarik untuk dikemukakan bahwa tidak ditemukan
pernyataan dalam al-Quran yang menyatakan bahwa Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil dengan menggunakan akar kata ‘adl.
D. Al-Mutathahhirin
Kata Al-Mutathahhirin
adalah bentuk jamak dari kata mutathahir, dari kata tathahhar. Kata ini bersumber dari kata thahura yang pada dasarnya berati
kesucian dan keterhindaran dari kotoran atau pun noda.
Kebersihan lahir dan batin digarisbawahi oleh banyak
ayat dan hadits. Salah satu ayat yang berbicara dini tentang kebersihan adalah firman-Nya
untuk menuntun Muhammad SAW “dan pakaianmu bersihkanlah” (QS. Al-Muddatstsir
74:4). Oleh karena itu pula, Muhammad SAW menjadikan kebersihan sebagai salah satu indikator
keimanan.
E. At-Tawabin
Kata tawwabin
adalah bentuk jamak dari kata tawwab, dari kata taba
yang berarti kembali. Sesuatu yang kembali pasti pernah berada pada satu
posisi, baik tempat maupun kedudukan, kemudian meninggalkan posisi itu,
selanjutnya ia menuju pada posisi semula. Dengan bertaubat, diasumsikan bahwa
orang telah kembali ke posisi semula. Kembali dari
pendosa menjadi hamba. Sehingga, dia menjadi dekat lagi kepada-Nya. Kondisi inilah yang bisa
dikatakan bahwa orang tersebut telah kembali kepada kodratnya sebagai hamba
Allah.
F. Ash-shabirin
Kata asshabirin
adalah bentuk jamak dari kata ash-shabir, dari akar kata shabr. Seseorang yang menahan gejolah
hatinya dinamai bersabar. Secara umum
kesabaran dapat dibagi ke dalam dua bagian pokok, sabar jasmani dan sabar rohani.
Demikian
beberapa sifat yang menjadikan manusia dicintai oleh Allah SWT. Semoga kita
memiliki sifat-sifat terpuji ini. (zul).
Tulisan ini pernah dimuat dalam Lembar Dakwah Jum’at
(LDJ) Al-Hikam edisi ke-3.
Posted by Sabiq A.Z.