Archive for April 2014
Mutiara Hikam : Cara Efektif Manajemen Qalbu (Ikhlas Beramal)
“Maha Besar Tuhan kita, apabila seorang hamba beramal
secara tunai (bersegera), maka Dia memberi ganjaran kepadanya secara bertangguh
(Hari Kiamat nanti)”
90- كَفى مِنْ جَزائِهِ إيّاكَ عَلى الطّاعَةِ
أَنْ رَضِيَكَ لَها أَهلاً.
“Cukuplah bagimu balasan dari-Nya atas suatu
keataan, bahwa Dia telah rela engkau menjadi seorang yang taat kepadaNya.”
91- كَفى العامِلينَ جَزاءً ما هُوَ
فَاتِحُهُ عَلى قُلوبِهم
في طاعَتِهِ، وَما هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْهِمْ مِنْ وُجودِ مُؤانَسَتِهِ.
“Cukuplah bagi mereka yang beramal sebagai suatu
ganjaran, yaitu apa yang telah Dia bukakan atas kalbu mereka dalam mentaatiNya,
dan apa yang telah Dia datangkan dari wujud intimasi.”
Kata kunci : mawahib
ilahiyah (pemberian bercorak ilahi), ilhamat al-laduniyah (ilham
keharibaan Allah), dan halawat al-tamalluq (manisnya bermanja-manja
dengan Allah). Ahwal, mawajid dan al-adzwaq.
Deskripsi :
Maha
besar Allah dengan segala kemurahan dan keadilannya. Jika seorang hamba beramal
di dunia dengan bersegera, maka Allah akan membalasnya di hari kiamat nanti.
Pembalasan amal ini pasti diberikan di akhirat karena jika dibalas di dunia tidak
akan cukup. Nikmat surga tidak bisa diberikan di dunia karena dunia tidak
sebanding dengan akhirat. Nikmat surga di dunia tidak akan pernah dirasakan
oleh semua orang kecuali ahli tamalluq (arifin) yang hidup hatinya pada malam
hari merasakan manisnya munajat.
Namun
dalam mutiara selanjutnya diterangkan pemberian cash sebenarnya dari Allah di
dunia adalah kemauanmu beribadah bukan balasan lainnya. Balasan itu bukan IP
4,0. Bukan kemudahan dalam rezeki, bukan balasan konkrit lainnya. Namun balasan
sebenarnya adalah ketaatanmu saat itu juga. Secara detail mutiara selanjutnya
menjelaskan bahwa cukup balasan itu adalah salik bisa merasakan kondisi ketaatan semisal mendapat mawahib
ilahiyah (pemberian bercorak ilahi), ilhamat al-laduniyah (ilham keharibaan Allah),
dan halawat al-tamalluq (manisnya bermanja-manja dengan Allah). Dengan
memperoleh manisnya iman itu, ia memiliki sifat ahli thariqah seperti ahwal,
mawajid, dan adzwaq.
Ahwal
adalah suasana yang tercipta dari keistiqamahan amal. Mawajid terambil dari
kata wajdun. Wajdun adalah sikap yang tergerakan dari tahap sam’un. Menurut
Imam Ghazali, sam’un dan wajdun adalah salah satu sikap yang harus dimiliki
hamba. Samun itu adalah pendengaran dan wajdun itu aksi yang tergerak sebab
penghayatan dari apa yang didengarkan. Kita banyak mendengarkan tausiah para
ulama, namun apakah tausiah itu menggerakan kita untuk selalu beramal shaleh ?
itu semua tergantung dari kondisi rohani kita.
Melihat
apa yang didengarkan juga sangat urgen. Jika masmu’nya tidak berkualitas, maka
wajdunya tidak akan terkoneksi kepada ilham Allah. Semisal dalam keseharian,
kita menonton televisi dengan tayangan yang tidak proporsional antara kualitas
berita, gosip dan lagu-lagu kurang berkualitas, maka mawajidnya tidak akan
fungsional sehingga dauqnya tidak sensitif. Ini menjadi suatu tanda kematian
hati. Ada anti virus yang dapat mencegah penyakit itu, pertama, fungsionalisasi
akal dengan tafakur kedua taqarrub allah dengan tadazkkur.
Kesimpulan
: kata mutiara ini menata cara berfikir kita dalam rangka menata rohani kita
tentang keihlasan dalam beramal. Pertama, kenapa kita harus meminta balasan
sekarang ? itu adalah hal yang tidak perlu. Karena balasan akan diberikan nanti
di akhirat. Bukannya allah tidak bisa membalas di dunia, tapi karena dunia
tidak bisa menandingi nikmatnya surga yang akan diberikan. Kedua, justru
sesungguhnya balasan yang kontan di dunia itu adalah kemauan hamba melakukan
keataan/ beramal shaleh. Ketiga, lebih cukup lagi balasan itu berupa nikmatnya
merasakan manisnya iman. Demikian itu adalah manajemen qalbu agar niat dalam
beramal menjadi murni karena Allah Swt.
Kasus
:
Ada
seorang yang sudah sering ibadah haji, bahkan menghajikan orang lain. Tidak
lupa, ia selalu bersedakah setiap bulan kepada ratusan anak yatim. Suatu saat
terbesit dalam hatinya, ia merasa sudah sering melakukan amal shaleh tapi
kenapa ia masih sering diberi cobaan. Seakan-akan pernyataan itu benar namun
ternyata keliru ! kenapa ? pertama, ia belum membaca artikel ini. Hehe kedua,
ia belum memahami bahwa amal shalehnya itu akan dibalas di akhirat nanti dan
sebenarnya ketaatannya itu adalah balasan tersendiri dari allah secara kontan
di dunia. Apalagi jika ia merasakan manis dari amal shalehnya, itu adalah nikmat
tiada tara.
Pengajian
Al-Hikam ini rutin dilaksanakan pada Senin dan Selasa Malang. Pengajian ini
diasuh langsung oleh Ust Muhammad Nafi’ (Wakil Pengasuh Pesantren Mahasiswa
Al-Hikam Malang)